Anda termasuk yang membuang-buang kesempatan untuk mendaftarkan diri melanjutkan studi ke luar negeri atau promosi karier karena kemampuan bahasa asing yang terbatas? Mulailah benar-benar berubah!
Jika telah menetapkan cita-cita untuk melanjutkan
studi ke luar negeri baik dengan beasiswa atau biaya sendiri, jangan berhenti
hanya karena kemampuan bahasa yang minim. Pasalnya, Anda hanya tinggal belajar.
Selama ada niat, ada disiplin,
dan ada doa, Anda bisa mewujudkannya. Tulisan Muhammad Janra ini bisa membantu
Anda menemukan semangat dan langkah-langkah praktis meningkatkan kemampuan
berbahasa asing Anda, terutama bahasa Inggris.
Melalui Indonesia
Mengglobal, calon doktor bidang ekologi dan biologi evolusioner di Universitas
Kansas ini juga belajar bahasa Inggris dari langkah-langkah kecil dan dia
membuktikannya.
Masih ingin membuang
waktu lebih lama?
Untuk melengkapi
berbagai hal yang sudah dibahas di dalam website ini, saya mencoba menuliskan
sebuah faktor penting dan sederhana yang mungkin dapat ikut membantu pembaca
untuk menggapai cita-cita mulia untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri, yaitu
dengan memperlancar bahasa Inggris.
Sebagaimana jamaknya
kita ketahui, bahasa Inggris merupakan lingua franca pergaulan manusia di
dunia, di samping beberapa bahasa lainnya yang juga ramai penuturnya, seperti
Spanyol, Perancis, Rusia, China dan Arab. Tapi sesuai dengan ketetapan yang
sudah disepakati bersama, Bahasa Inggris adalah yang nomor wahidnya di antara
bahasa-bahasa persatuan di dunia tersebut. Tentunya, tidak heran kalau dalam
aplikasi sekolah ke luar negeri, terutamanya ke USA, kemampuan berbahasa
Inggris yang baik menjadi salah satu faktor penentu lulus atau tidaknya kita.
Mudah-mudahan tulisan
singkat ini bisa memberikan sedikit banyaknya gambaran bagaimana kita bisa
meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, tentunya disesuaikan dengan
pengalaman dari penulis sendiri.
Dua tolak ukur
kemampuan berbahasa Inggris seseorang diwujudkan dalam bentuk nilai (score)
dari sistem penilaian yang dinamakan dengan Test of English as a Foreign
Language (TOEFL) dan International English Language Testing System (IELTS).
Dulunya TOEFL lebih berorientasi untuk menilai kemampuan bahasa Inggris
orang-orang yang akan melakukan aplikasi sekolah ke USA, sedangkan IELTS
berkiblat kepada negara Inggris, negara-negara persemakmuran Britania Raya dan
sebagian negara-negara Eropa.
Sekarang, batasan
geografis penggunaan nilai kedua sistem tersebut sudah tidak berlaku lagi,
karena sebagian besar universitas di USA sudah bisa menerima sistem penilaian
yang berlaku di IELTS. Demikian juga dengan TOEFL, telah diterima di
negara-negara yang dahulunya IELTS oriented. Tentang ini mungkin akan kita
bahas lebih lanjut nantinya.
Nah, tentunya
pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita bisa mempersiapkan diri dalam
menghadapi berbagai bagian tes kemampuan berbahasa Inggris tersebut. Di sini
saya ingin kita mengenyahkan pendapat bahwa “hanya orang Inggris yang bisa
berbahasa Inggris”.
Semua orang, asal
punya kemauan dan keinginan untuk berusaha, pasti akan bisa paling tidak
ngomong cap-cus dalam bahasa Inggris. Kita sesuaikan saja tips-nya dengan
elemen umum yang diujikan dalam kedua tes yang disinggung di atas.
1. Reading
Membaca mungkin adalah
sebuah hobi yang menyenangkan bagi seseorang, pun bisa menjadi hal yang sangat
membosankan bagi yang lain. Cuma, kalau anda termasuk kepada golongan kedua,
yang mudah bosan dalam membaca, anda harus mempertimbangkan untuk mengubah
kebiasaan ini, karena jika memang berminat untuk sekolah ke luar negeri,
dimanapun itu, membaca akan menjadi kewajiban utama anda. Di samping memang
menjadi kewajiban yang diterapkan oleh dosen pengajarnya, dari membaca tersebut
berbagai informasi dapat diserap dan tentunya akan bisa memperkaya pengetahuan
kita.
Untuk meningkatkan
kemampuan baca, sekaligus tentunya Listening—karena khusus untuk reading dalam
bahasa Inggris, sebaiknya disertai dengan mendengarkan apa yang kita
baca—mulailah dengan menggunakan bahan-bahan bacaan yang ringan. Kalau saya
dahulunya paling suka dengan komik-komik dan buku cerita berbahasa Inggris, karena
biasanya bahasa dan kata-kata yang dipakai adalah yang sederhana dan mudah
dipahami.
Tentu saja kita akan
bertemu dengan banyak kata-kata baru (new vocabulary), yang bisa dicari artinya
di dalam kamus. Saya sendiri sampai sekarang berlangganan komik dan cerita
elektronik, sehingga untuk translate vocab baru, biasanya menggunakan google
translate. Atau kalau mau arti yang lebih komplit dari suatu kata, bisa
menggunakan online dictionary dari Miriam Webster.
Kenapa menggunakan
komik, cerita atau bahan bacaan lain yang disenangi? Mudah saja jawabannya:
karena biasanya dengan mengerjakan sesuatu yang disenanginya, pasti tidak akan
mudah bosan dan lebih cepat masuk ke pikiran dan bisa gampang kembali teringat.
Setelah merasa “khatam” dengan sistem ini, bisa ditingkatkan dengan membaca
koran-koran berbahasa Inggris seperti The Jakarta Post, Jakarta Globe, Antara
News dan lain-lain.
Tentu saja di sini
kita akan menemukan banyak vocab baru yang lebih beragam serta pola kalimat
yang mungkin berbeda dari yang kita temui selama belajar bahasa Inggris. Tapi
bukankah kita bisa belajar lebih banyak lagi dengan itu? Buatlah catatan di
dalam notebook kecil yang bisa kita bawa kemana-mana dan bisa dilihat kembali
kapanpun kita mau.
Satu cara lagi yang
pernah saya aplikasikan untuk reading ini adalah dengan bekerja sebagai
translator (penerjemah). Saat masih kuliah S1 dulu, saya bekerja di rental
computer milik kakak saya dan salah satu bidang usahanya adalah menerima jasa
terjemahan. Kebanyakan menerjemahkan ragam artikel dari Bahasa Inggris ke
Bahasa Indonesia. Tentu saja, untuk melakukan pekerjaan ini saya harus membaca
artikel tersebut sampai ke titik komanya, untuk memahami artinya dan
menerjemahkannya dengan benar.
Cara ini memberikan
kesempatan untuk menambah vocab baru ke dalam memori, sekaligus juga menambah
tebal dompet, karena dari pekerjaan tersebut saya juga digaji per halaman hasil
terjemahannya. Salah satu kesempatan yang berlimpah adalah menerjemahkan artikel-artikel
wikipedia dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia yang caranya bisa dilihat di
halaman wikipedia ini.
Bagi yang gak mau
kerja sebagai translator pun, sebenarnya bisa dimulai membaca berbagai artikel
dan jurnal berbahasa Inggris, karena dalam perkuliahan di luar negeri, membaca
artikel dan jurnal adalah pekerjaan harian untuk mahasiswa. So, what are we
waiting for?
2. Listening
Pekerjaan mendengarkan
mungkin terasa remeh dan kurang dianggap oleh banyak orang. Tapi dalam belajar
Bahasa Inggris, mendengar (listening) adalah pangkal kita memahami bahasa ini.
Bisa dimulai dengan tentunya mendengarkan media audio atau audio-visual yang
menggunakan bahasa Inggris.
Kegiatan ini akan
sedikit ribet, karena pada dasarnya bahasa Inggris mempunyai perbedaan yang
nyata antara written dan spoken words. Misalnya huruf ‘a’ dibaca ‘e’. Huruf ‘i’
dibaca ‘ai’ dan seterusnya. Tapi ini tidak akan lama menjadi masalah begitu
kita membiasakan diri mengenal bunyi kata yang diucapkan, plus disertai dengan
ekspresi wajah dari orang yang mengucapkannya.
Langkah selanjutnya,
setelah mendengarkan bunyi kata dan memperhatikan ekspresi wajah adalah
menyimak artinya. Ini bisa dilakukan dengan melihat subtitle yang ada di setiap
film berbahasa Inggris. Kita bisa melakukannya per kata, atau bahkan per
kalimat. Metode ini lebih baik dilakukan jika kita memiliki file audio-visual
tersebut (baca: film), karena jika ada satu vocab atau kalimat yang menarik
perhatian kita, kita bisa mengulang lagi ke bagian tersebut.
Menonton kembali
secara berulang-ulang sebuah film yang kita sukai juga membantu kita dalam
mengingat apa saja percakapan dan adegan yang ada di dalam film tersebut. Dan
tentunya akan sangat membantu kita memperkaya kosa-kata verbal kita.
3. Speaking
Ngomong suatu bahasa
yang kita sendiripun baru mengenalnya setelah dewasa, sangat-sangat susah untuk
dilakukan. Tapi percayalah, walaupun berat mulut kita untuk terbuka dan
mengucapkan sepatah dua patah kata “bahasa alien” tersebut, setelah sekali dua
kali ngomong, pasti akan terasa lebih mudah untuk memecah kebekuan yang ada.
Kembali sedikit ke
masalah listening tadi, kita sudah menonton film yang kita sukai. Kita juga
sudah melihat bagaimana aktor dan aktris kesayangan kita beradegan. Pasti
dengan mudah kita bisa membayangkan kembali bagaimana mereka berdialog.
Bagaimana mimik mukanya, gerak bibirnya, bahkan bahasa tubuh dan gesture-nya
pasti bisa kita ingat.
Coba tirukan di depan
cermin ‘speaking’ yang kita lakukan. Ini akan sangat membantu, karena kita bisa
mengamati bagaimana ekspresi kita sendiri di depan cermin. Mungkin jika
melakukannya bersama-sama dengan orang lain masih ada yang malu, karena takut
salah. Tapi dengan mencoba cara ini, kita bisa memperhatikan setiap detail
perkataan yang kita ucapkan.
Mulailah dengan
mengucapkan kata demi kata. Perhatikan bagaimana setiap kata tersebut kita
ucapkan. Lakukan koreksi, jika nada dan bunyi suara yang keluar menyebabkan
pronunciation (lafal) yang berbeda. Hal ini akan menyebabkan arti kata juga
berbeda. Misalnya kata “flower” dan “flour” yang nyaris bersifat homofon. Kata
yang pertama mempunyai penekanan huruf “r” dengung yang lebih kuat dibandingkan
dengan kata kedua. Dengan memperhatikan bagaimana ekspresi pengucapan kita di
depan cermin, akan membantu kita mendapatkan bentuk pengucapan yang sempurna.
Yang terakhir dari
bagian ini, menurut saya, adalah keluar dari persembunyian kita dan mencari
seseorang untuk kita melakukan praktek. Boleh jadi kita telah jago bicara
dengan bayangan kita di cermin. Sekarang bagaimana melakukannya dalam kondisi
yang riil. Yang termasuk riil di sini adalah bagaimana mengatasi rasa grogi
saat berbicara dengan menggunakan bahasa baru ini.
Banyak lembaga
pendidikan bahasa asing yang mengajak peserta didiknya untuk turun ke lapangan,
biasanya ke lokasi-lokasi wisata, mencari turis-turis asing dan kemudian
mendorong peserta didiknya untuk berbicara dengan mereka. Saya pikir, cara yang
dilakukan ini tidak akan dengan serta merta membikin para peserta didik
langsung jadi jago ngomong, tapi paling tidak akan membuat mereka menghilangkan
rasa dag-dig-dug ketika ngomong.
Ingat, gak ada kok
orang bule yang bakal “menerkam” kita kalo kita salah ngomong ke mereka. Mereka
justru menghargai usaha kita untuk bisa bicara dalam bahasa mereka, dan kadang
mereka juga turut memberikan bantuan bagaimana ngomong yang benarnya. Kalau
misalnya si bule sedang tidak ingin diganggu, ucapkan terima kasih dan cari bule
yang lain yang bersedia. Ready to try this part out?
4. Writing
Kalau untuk bagian
ini, saya masih terlalu awam. Saya hanya pernah menulis beberapa artikel ilmiah
dan tidak banyak yang bisa diberikan untuk bagian ini. Yang jelas, yang pernah
saya coba lakukan dalam hal writing adalah membuat naskahnya terlebih dahulu
dalam bahasa Indonesia, baru kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris.
Tentu saja jasa penerjemah elektronik seperti google translate atau Transtool
bisa dipakai.
Tetapi saya selalu
menemukan kalau susunan kalimat dan bahkan kata-kata yang digunakan banyak yang
rancu. Ujung-ujungnya tetap kita sendiri yang mengoreksi dan menulis ulang
semuanya agar benar-benar terasa sesuai dan tepat. Mulailah menulis satu
paragraf saja terlebih dahulu.
Untuk mencapai hal
tersebut, cobalah pikirkan satu kata yang mudah, yang bisa kita pakai sebagai
inti kalimat. Setelah dapat katanya, coba buat satu kalimat dengan menggunakan
kata tersebut. Setelah itu terus diperluas dengan menambahkan kalimat baru atau
dengan meng-upgrade kata-kata yang sudah digunakan dalam kalimat pertama.
Misalnya, saya terpikir kata “egg” atau telur. Bisa saja saya jadikan kata
tersebut sebagai pencetus untuk kalimat “I hate egg very much”. Itu sudah satu
kalimat. Bisa kemudian saya perluas kalimatnya menjadi “I hate egg very much
because it causes allergic reaction and makes me feel itchy everywhere” Atau
dengan menambahkan kalimat lain. “I hate egg very much. I have bad experience
with egg when I was a child. I tried to make an omelet, but I cracked a rotten
egg. It was stinky…. Bla bla bla…..” Mudah gak kira-kira?
Oke, itu mungkin
panjang lebar cerita kita tentang bagaimana meningkatkan kemampuan berbahasa
Inggris. Tentunya itu semua dilakukan sebagai supplement (pelengkap) terhadap
proses belajar secara formal yang dilakukan di sekolah atau di tempat kursus.
Yang jelas, bahasa Inggris itu intinya adalah praktek. Melakukannya tidak bisa
hanya dengan menghafal tanpa pernah “ngomongin”.
Secara keseluruhan,
jika Anda telah menguasai bahasa ini dengan baik dan ingin mengikuti
sertifikasi kemampuan berbahasa Inggris, saya menyarankan untuk mencoba IELTS,
karena menurut saya system ini yang paling mudah dibandingkan dengan TOEFL
(internet atau paper-based).
Selamat mencoba!!
sumber :
http://btikp.org/index.php?option=com_content&view=article&id=236:cara-efektif-genjot-kemampuan-bahasa-inggris&catid=38:artikel&Itemid=79